Friday, December 3, 2021

Teungku Hasan Tiro

Teungku Hasan Tiro beserta Tentara Aceh Merdeka

Suatu Malam, musim panas di Berlin juli 2010, ada beberapa orang aceh yang ingin makan nasi, seperti kebanyakan orang indonesia nasi adalah makanan pokok. Mereka didampingi oleh Seorang Peneliti Jerman yang pernah tinggal di aceh bernama Gunnar Stage dan Saiful Haq Staf Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia, mereka memutuskan untuk pergi ke Restoran Turki dengan berjalan kaki yang berjarak 300 meter dari Hotel tempat mereka menginap, singkat cerita selesai makan mungkin karena kekenyangan mereka memutuskan untuk menyewa mobil Taxi untuk kembali ke Hotel. 

Pada perjalanan pulang di dalam Mobil sang supir Taxi menyanyakan Indentitas Rombongan.dan suasana menjadi berubah ketika sang supir tau bahwa Rombongan yang menyewa Taxinya adalah dari ACEH, dia menjadi sangat Ceria dan Gembira sambil berkata Tiro, Ja Tiro aus Aceh(maksudnya Hasan Tiro dari Aceh), usut punya usut rupanya sang supir adalah seorang berkebangsaan Kurdistan yang sudah lama Melawan Pemerintahan Turki. Menurut pengakuan sang supir mereka Bangsa Kurdistan sangat terinspirasi dengan ide-ide Hasan Tiro, mereka juga sangat menghormati Hasan Tiro. 

Setelah tiba di Hotel Argometer Taxi mencatat nominal harga yang harus di bayar 14,90 Euro atau sekitar 160 ribu rupiah, yang mengejutkan sang supir menolak bayaran alias rombongan mendapat tumpangan Gratis, menurutnya ini adalah bentuk penghormatan dirinya terhadap Hasan Tiro.(cerita ini saya kutip dari buku Hasan Tiro dari Imajinasi Negara Islam ke Imajinasi Etno-Nasionalis, Ahmad Taufan Damanik 2010)

Aceh hari ini tidak akan terlepas dari sosok Teungku Hasan Tiro, Cerita diatas sedikit menjadi cerminan siapa dirinya, bagaimana orang yang jauh dari belahan dunia sana sangat terkagum-kagum dengan seorang Aceh bernama Teungku Hasan Tiro, bukan hanya kagum pada sosoknya namun lebih kepada ide-ide yang lahir dari pemikiran besarnya. 

Walaupun jasadnya telah tiada Teungku Hasan Tiro akan selalu di perbincangkan dan dipelajari baik oleh orang yang secara pribadi mengenalnya secara langsung, atau para pengikut perjuangan ideologinya (Aceh Merdeka) ataupun oleh orang-orang yang mengenalnya melalui tulisan-tulisan tentang dirinya terutama pemikiran dan gagasan politik nya baik ditulis oleh orang yang mengamatinya maupun oleh dirinya sendiri. 

Ada beberapa episode sejarah yang berkesan yang di lalui Hasan Tiro namun tentu diantara yang paling berkesan adalah peristiwa Deklarasi Aceh Merdeka 4 Desember 1976 tepat nya di Gunung Halimun Pidie, karena dari sinilah perjuangan politik Aceh Merdeka di Mulai, Alasan Teungku Hasan Tiro memilih tanggal 4 Desember karena alasan Sejarah (history) yaitu karena Indatu Terdahulu Teungku Maat di Tiro yang juga keturunan Teungku Chik di Tiro yang gugur dalam pertempuran dengan Belanda di Alue Bhot Pidie pada 3 Desember 1911, jadi Teungku Hasan Tiro membangun Dasar perjuangannya sebagai Lanjutan dari Perjuangan Indatunya terdahulu, dan Negara yang diperjuangkan nya adalah Negara Aceh Terdahulu yang menurutnya belum lepas dari penjajahan Kolonialisme, dengan kata lain Aceh Merdeka yang diperjuangkan nya adalah Negara Sambungan (Sucsesor State) dari Negara Aceh (Kerajaan Aceh) Terdahulu.

Profil Teungku Hasan Tiro

Nama Asli Teungku Hasan Tiro adalah Hasan Bin Leube Muhammad dia adalah tokoh politik Aceh terakhir yang melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Indonesia setelah pendahulunya Teungku Muhammad Daud Beure’euh dengan (DI/TII) Aceh.

Teungku Hasan Tiro Lahir di Gampong Tanjong Bungong, Lamlo, Kecamatan Kota Bakti Kabupaten Pidie pada 25 September 1925. Ayahnya bernama Leube Muhammad dan Ibundanya bernama Pocut Fatimah Binti Mahyiddin Binti Teungku Syekh Muhammad Saman Binti Syeikh Teungku Abdullah. Secara silsilah keluarga, hubungan Teungku Hasan Tiro dengan Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman hanya berdasarkan dari garis keturunan Ibundanya. Teungku Syekh Muhammad Saman atau lebih di kenal dengan Nama Teungku Chik di Tiro adalah Seorang Ulama yang melakukan perang dengan Belanda. Teungku Chik di Tiro memiliki beberapa orang anak yang salah satunya adalah Teungku Mahyeddin di Tiro ( Ayah dari Ibu Teungku Hasan Tiro).

Dalam Melakukan Perjuangan Politiknya Teungku Hasan Tiro Menganggap Nya Sebagai Tanggung Jawab dan Beban Sejarah bagi dirinya yang tidak boleh tidak di kerjakan. Dikarenakan ini sudah dilakukan oleh Indatunya Terdahulu (Teungku Chik di Tiro dan Keturunannya) yang tidak pernah mau berhenti melawan Penjajah Kolonialisme (Belanda) dan Menurut Teungku Hasan Tiro Kolonialisme di Aceh belum berakhir, yang terjadi hanyalah penggantian dari Hindia Belanda ke Indonesia.(Untuk mengerti bisa dibaca lebih lanjut tulisan Teungku Hasan Tiro “Nasionalisme Indonesia” atau Masa Depan Politik Dunia Melayu 1965”)

Riwayat Pendidikan nya

Teungku Hasan Tiro menempuh Pendidikan formal pertamanya tahun 1943 di Madrasah Islam Sa’adah Al-badiyah Blang Paseh, lembaga Pendidikan tersebut di Pimpin oleh Teungku Muhammad Daud Beure”euh. Kemudian beliau pindah dan melanjutkan pendidikannya pada masa penjajahan Jepang ke Madrasah Normal Islam Bireun yang di Pimpin oleh H. M Nur el-Ibrahimi. Alasan Teungku Hasan Tiro Pindah Sekolah adalah karena dia berselisih dengan temannya Teungku Ismail Paya Bujok. Akhirnya ditempat tersebutlah Teungku Hasan Tiro menyelesaikan pendidikan menengahnya, dan Guru yang dekat dengan Teungku Hasan Tiro adalah H. M. Nur el-Ibrahimi.

Selesai pendidikan menengah tahun 1945, karena kecerdasannya Teungku Hasan Tiro mendapat rekomendasi dari Teungku Muhammad Daud Beure’euh yang diserahkan kepada Syafruddin Prawiranegara Pedana Mentri Indonesia ketika itu, untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Indonesia (UII) Fakultas Hukum Jokjakarta dan berhasil menyelesaikan Studinya pada tahun 1949. Pada tahun 1950 Teungku Hasan Tiro menjadi salah satu yang mendapat Beasiswa untuk menlanjutkan pendidikan tingginya dalam program Master dan Ph.D di Universitas Columbia Amerika Serikat, Jurusan Politik dan Hukum internasional. di Amerika beliau Belajar sambil Berkerja dengan Menteri Penerangan Delegasi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selesai menyelesaikan pendidikan di Amerika Teungku Hasan Tiro menikah dengan seorang perempuan keturunan Iran berkebangsaan Amerika bernama Dora dan buah dari pernikahan tersebut menghasilkan seorang putra yang bernama Karim Tiro.

Aceh Merdeka

Teungku Hasan Tiro pertama berseteru dengan Pemerintah Indonesia ketika beliau diluar negeri tepatnya di New York Amerika Serikat, ketika itu aceh sedang dalam kondisi konflik antara DI/TII dan Pemerintah Indonesia di bawah pedana mentri Ali Sastroamidjojo, Teungku Hasan Tiro menyatakan diri sebagai Duta Besar Republik Islam Indonesia (DI/TII) dan pada 1 September 1954 beliau mengirim surat kepada Pedana Menteri Indonesia dengan permintaan untuk menghentikan tindakan kekerasan di Jawa Barat,Jawa Tengah,Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Selain itu dalam surat tersebut Teungku Hasan Tiro juga meminta agar pedana menteri Ali Sastroamidjojo segera melakukan perundingan dengan Teungku Muhammad Daud Ber’euh, S.M Kartosuwiryo,Abdul Qahar Muzakar, dan Ibnu Hajar. Jika sampai tanggal 20 September 1954 , tuntutannya tersebut tidak diakomodir Pemerintah Indonesia maka Teungku Hasan Tiro Menyatakan akan membuka Kedutaan DI/TII di seluruh Dunia, Amerika,Eropa, dan Juga di PBB.

Mendapat Surat dari Teungku Hasan Tiro Pedana Menteri Ali Sastroamidjojo marah besar dan mengambil langkah antisipatif antaranya menarik balik pasport diplomatik milik Teungku Hasan Tiro sehingga beliau ditahan oleh pihak imigrasi Amerika namun berkat bantuan beberapa senator kenalan Teungku Hasan Tiro berhasil dibebaskan dan diterima sebagai penduduk tetap di Amerika Serikat.

Selesai Pemberontakan DI/TII Teungku Hasan Tiro pernah pulang ke Aceh, ketika itu Lhoksemawe baru ditemukan Sumber Gas, Teungku Hasan Tiro menemui Muzakir Walad Gubernur Aceh ketika itu dia ingin Sumber Gas di Lhoksemawe di kelola oleh Perusahaannya namun permintaan ini ditolak karena Sumber Minyak tersebut akan dikelola oleh Perusahaan Mobile Oil yang telah di rekom Soeharto. (Cerita ini Cuma saya baca-baca diinternet, benar atau tidaknya hanya Allah yang tau).

Dari Amerika Teungku Hasan Tiro tidak melunak beliau terus menentang Pemeritah Indonesia terutama dengan menkampanyekan pelanggaran-pelanggaran HAM oleh Pemerintah Indonesia pada masa itu, selain itu Teungku Hasan Tiro banyak menulis tentang Sejarah Aceh dan konsep-konsep politik yang bertentangan dengan Pemerintah Indonesia.

Hingga Pada Akhirnya Teungku Hasan Tiro memutuskan untuk kembali ke Aceh pada 1976 dengan melintasi jalur laut menggunakan kapal Nelayan, Tujuannya kali ini adalah untuk Mendeklarasikan Aceh Merdeka, adapun pengikutnya ketika itu kebanyakan dari pengikut setia dari Teungku Daud Ber’euh, seperti Teungku Ilyas Leube, Pawang Rasyid, Daud Paneuk, dan beberapa kaum terpelajar seperti Dr Muktar Hasbi, Dr Husaini Hasan, Dr Zaini Abdullah, Dr Zubir Mahmud dll. 

Pada 4 Desember 1976 di Gunung Halimun Pidie Aceh Merdeka di Deklarasikan sejak saat itu perjuangan politik di mulai, pada tahap awal Aceh Merdeka Fokus merekrut simpatisan dengan menyebar selebaran-selebaran dan ceramah politik ke gampong-gampong. Karena pengikut yang semakin hari semakin ramai akhirnya Aceh Merdeka tercium oleh Pemerintah Indonesia ketika itu (Soeharto) dan langsung di lakukan operasi militer untuk menumpasnya.

Selebaran Pemerintah Indonesia saat itu
mencari keberadaan Teungku Hasan Tiro
beserta para pengikutnya

Karena Militer yang lemah akhirnya Aceh Merdeka menurun hingga Teungku Hasan Tiro dan beberapa Tokoh Aceh Merdeka mencari suaka politik ke Luar Negeri, setelah melalui perjalanan yang panjang Teungku Hasan Tiro dan Tokoh-Tokoh Aceh Merdeka mulai berkumpul di Swedia dan dari sana perjuangan politik Aceh Merdeka disusun kembali. Namun demikian di Swedia ini pulalah Aceh Merdeka mulai mengalami perpecahan internal (untuk memahami lebih lanjut bisa baca buku Dr Husaini Hasan dari Rimba Aceh Ke Stockholm).

Walaupun mengalami perpecahan namun perjuangan politik Aceh Merdeka terus berjalan, untuk penguatan barisan Militer, Aceh Merdeka mendapat Fasilitas Pelatihan di Camp Tajura Libya, Ratusan Pemuda Aceh di latih Militer di sana baik Tahap satu,dua dst. Selesai pelatihan para pemuda ini pulang dan Memperkuat barisan perlawanan perang di Aceh, para alumni Libya ini disebut Mualem dan salah satunya adalah Muzakir Manaf Panglima Tertinggi GAM sebelum damai dengan Pemerintah Indonesia.

Pelatihan Tentara Aceh Merdeka

Perang di Aceh tidak bisa dihindari, berbagai operasi militer dilakukan Pemerintah Indonesia yang terakhir Darurat Militer 2003 di bawah Presiden Megawati. Namun demikian kekuatan Aceh Merdeka tidak pernah hilang bahkan semakin kuat dan terus mendapat simpati dari Rakyat Aceh yang juga mendapat imbas kekerasan dari Militer Indonesia, Pelanggaran HAM dan Korban Masyarakat Sipil tidak dapat dihindari, Atas dasar inilah kemudian perundingan antara RI dan GAM mulai di buka namun beberapa mengalami kegagalan dan perang terus terjadi.

Setelah Tsunami Aceh 26 Desember 2004 situasi politik Aceh berubah, baik Aceh Merdeka maupun Pemerintah Indonesia kembali membuka jalan perundingan, dan kali ini CMI di bawah Pimpinan Mantan Presiden Filandia Mahthi Athisari sebagai yang Menfasilitasi, setelah mengalami tarik-ulur akhirnya pada 15 Agustus 2005 Aceh Merdeka dan Pemerintah Indonesia Resmi Berdamai melalui perundingan di Helsingki Filandia, Aceh kembali ke Pemerintahan Indonesia dengan beberapa keistimewaan yang tertuang dalam Naskah Perjanjian, Perjanjian ini dikenal dengan MoU Helsingky, setelah itu Aceh berhenti Perang, Tentara Aceh Merdeka turun gunung dan senjata mereka di potong, melalui jalur pemilu para mantan elit GAM mulai mendapat posisi di Pemerintahan Provinsi Aceh. 

Tiga Tahun setelah Perdamaian tepatnya 2008 Teungku Hasan Tiro kembali ke Aceh dia sudah Sangat Tua selama di aceh di selalu didampinggi oleh Malik Mahmud, Dr Zaini Abdullah dan beberapa pengikutnya, kedatangannya di sambut antusias oleh Rakyat Aceh yang seperti menanti kepulangan seorang pemimpin dari pengasingan.

Dalam sebuah wawancara di Metro TV ketika ditanya mengenai pesan khusus kepada Pemerintah Indonesia Teungku Hasan Tiro hanya mengatakan itu cerita yang berbeda. 

Video Wawancara Teungku Hasan Tiro 

Tahun 2010 Teungku Hasan Tiro menghembuskan Nafas Terakhir di Tanah Indatunya, dia di kuburkan di Gampong Meure Indrapuri dekat Kuburan Indatunya Teungku Chik di Tiro.

Thursday, July 20, 2017

Mereka Yang Berjiwa Besar

Suatu hari Buya Hamka pernah di datangi oleh dua orang anak muda yang hendak belajar Islam, seorang perempuan dan seorang lagi pria, yang perempuan bernama astuti dan yang pria bernama daniel setiawan, Astuti mengutarakan keinginan nya bahwa dia ingin Buya Hamka untuk mendidik calon suaminya untuk masuk Islam. Hamka pun menerima permintaan tersebut tampa sedikitpun keraguan dalam dirinya walaupun dia tau melalui perkenalan astuti bahwa dirinya adalah putri sulung pramudya ananta toer, lebih lanjut astuti juga mengatakan bahwa ayahnyalah yang menyuruhnya membawa calon suaminya itu untuk belajar islam kepada Hamka, padahal dulu Pram pernah menjadi musuh politik bagi Hamka, Pram melalui beberapa media asuhannya membuat sebuah opini bahwa novel karya Hamka yang berjudul tenggelamnya kapal van der wijck adalah tiruan dari novel karangan sastrawan asing yaitu Alvonso care. berbulan-bulan selanjutnya pram terus menyerang Hamka dengan membuat opini negatif kepadanya melalui media yang di kelolanya pada saat itu. sampai kemudian Hamka ditangkap dan dijebloskan oleh Rezim Soekarno pada saat itu.

---

Hamka dipenjara di Rezim Soekarno 2 tahun lebih namun yang menarik ketika Soekarno Meninggal Hamkalah yang menjadi Imam yang mensholati Jenazahnya, Soekarno Meminta Hamka untuk menjadi Imam yang akan mensholati Jenazahnya dan Hamkapun Menyanggupinya tampa sedikitpun rasa sakit hati atas perlakukan soekarno kepadanya di masa lalu.

**

Kisah Lainya adalah Mohammat Hatta yaitu Wakil Presiden Pertama yang kemudian Pernah juga berbeda pandangan politik dengan Soekarno namun di masa-masa akhir hidup Soekarno tidak menyimpan dendam kepadanya bahkan Hatta yang menjadi wali nikah Guruh atas permintaan Soekarno karena pada saat itu dia dilarang keluar Jakarta Oleh Soeharto. 

***
Itulah beberapa kisah tentang mereka yang berjiwa besar, dan semoga kita bisa mempelajari dan mengikutinya.



Tuesday, August 2, 2016

Terminologi Perjuangan


Terminologi Perjuangan-Diibaratkan Sebuah Kapal, dulu ketika pertama kali dibuat semua awak berlomba-lomba menguatkan kapal agar kuat dan kokoh supaya jangan dihantam oleh gelombang sebelum mereka sampai ke tujuan,Maka kini ketika sang kapal sudah mulai mendekati pelabuhan pulau impian dimana harum dan wanginya sang pulau saja sudah tercium pada awak kapal dan yang terjadi para awak kapal mulai saling klaim kalau merekalah pemilik kapal merekalah pahlawannya,kaum sayalah yang pantas menjadi nahkodanya,Hasil dari klaim tersebut yang akhirnya menimbulkan konflik sehingga para awak kapal memutuskan untuk memecah belah pondasi kapal dan membuat boat-boat kecil namun tampa mereka sadari bahwa kapal besar yang mereka tumpangi bersama selama puluhan tahun tersebut sudah tenggelam dengan sendirinya,Sang Kapal akhirnya karam akibat keegoisan para awaknya,impian,harapan,cita-cita bersama yang puluhan tahun di simpan dalam kapal besar tersebut akhirnya tenggelam ke dasar lautan dan akhirnya tujuan ke pulau impian hanyalah imajinasi yang tak akan pernah tersampaikan.

Tuesday, December 29, 2015

Makhluk Paling Membingungkan



Sewaktu Dalai Lama ditanya siapakah mahluk yang paling membingungkan di dunia ini?

Beliau menjawab : "MANUSIA, karena dia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang, Lalu dia mengorbankan uangnya demi kesehatannya".

Kemudian Dalai Lama menjelaskan lebih lanjut: "Manusia sangat kuatir dengan masa depannya, hingga dia tidak bisa menikmati masa kini, Akhirnya dia tidak hidup di masa depan ataupun di masa kini;

Manusia hidup seolah-olah tidak akan mati, lalu dia mati tanpa pernah menikmati apa itu hidup." Bersyukurlah dengan apa yang selama ini kita peroleh dan nikmatilah, karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi dihari esok.

TETAPLAH RENDAH HATI seberapapun tinggi kedudukan kita. TETAPLAH PERCAYA DIRI seberapapun banyaknya kekurangan kita.

Jangan sombong karena kaya dan berkedudukan dan jangan merasa rendah diri karena miskin dan terhinakan. Ingatlah bahwa ketika lahir dua tangan kita kosong dan ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong; Datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.

Saat datang "diiringi oleh tangis",  Ketika pergi juga hanya "diantar oleh tangis". Hanya "Pahala Kebajikan atau Gelimang Dosa" yang akan menyertai kepulangan kita.

Bukankah kita semua "hanyalah tamu di dunia" ini dan semua milik kita "sekedar titipan"..? 
Karena itu dalam keadaan apapun "TETAPLAH BERSYUKUR, dan HIDUPLAH" disaat yang nyata untuk kita, yaitu "SAAT INI", bukan dari bayang-bayang "MASA LALU" dan jangan mencemaskan "MASA DATANG" yang belum tiba

Wednesday, November 25, 2015

Di Balik Layar Sang Pejuang Referendum

Gambar Spanduk Yang Menuliskan REFERENDUM.(Google Image)

ACEH LON SAYANG, ACEH LON MALANG. Begitulah suasana kehidupan di Aceh pasca pencabutan status Daerah Operasi Militer (DOM), pada 7 Agustus 1998. Harapan akan bisa menjalani kehidupan yang normal, tanpa takut terhadap aksi-aksi kekerasan, penculikan, maupun pembunuhan yang sempat terbersit di benak setiap orang Aceh hanya menjadi impian semu belaka. Penculikan dan pembunuhan secara misterius masih tetap terjadi. Bahkan tidak lama setelah itu, Baharuddin Jusuf Habibie, selaku Presiden Republik Indonesia saat itu, kembali meneruskan luka Aceh dari pendahulunya Mantan Presiden Soeharto. Penerapan operasi militer baru yang diberi nama “Operasi Wibawa” diterapkan lagi pada awal Januari 1999.

Kondisi Aceh yang semakin lama semakin tidak menentu ini membuat gerakan sipil dan tokoh masyarakat Aceh mulai meningkatkan perlawanannya. Berbagai aksi demonstrasi serta sumbangsih pemikiran untuk memberikan berbagai solusi politik sebagai upaya kompromi dengan pemerintah pusat pun dilakukan.

Puncaknya terjadi saat mahasiswa dan pemuda Aceh menggelar kongres perdananya. Kongres itu diberi nama Kongres Mahasiswa Pemuda Aceh Serantau (KOMPAS). 104 lembaga Mahasiswa, santri, pemuda, pelajar, district organization, pressure groups, dan lembaga solidaritas masyarakat Aceh yang ada di seluruh Aceh, luar Aceh, bahkan di luar negeri mengikuti kongres tersebut.

Tuesday, November 3, 2015

Abu Nawas dan Raja Harun Al-Rasyid

Baginda Raja Harun Al-Rasyid kelihatan murung. Semua menterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda. Bahkan para penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu. Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua rahasia alam. 
  

Monday, October 26, 2015

Tarian Cahaya

Suatu hari seorang sahabat yang tidak bisa melihat sekaligus pintar berdebat datang ke seorang Guru. Ia minta diterangkan soal cahaya. Asal cahaya bisa ia rasakan, sentuh, cium baunya, ia akan percaya bahwa cahaya itu ada. Di akhir permintaannya, orang buta ini mengeluh sambil marah-marah: “orang-orang kebanyakan menuduh saya buta cahaya, padahal merekalah yang bohong soal cahaya”.
 
Pengetahuan Yang Membutakan
 
Dalam kadar dan bentuk yang berbeda, manusia kebanyakan seperti orang buta di atas. Menduga kehidupan hanya seluas mata memandang, hanya sejauh apa yang bisa dipikirkan, hanya sesempit perasaan. Dan bahayanya, berbekalkan wawasan yang terbatas kemudian menyerang dan menghakimi orang.

Dalam keadaan demikian, pengetahuan bukan menjadi sumber cahaya, sebaliknya ia menjadi sumber kegelapan. Kalau filsuf Descartes menulis “saya berfikir maka saya ada”, orang-orang jenis ini kalau tidak terbimbing baik bisa jatuh ke jurang berbahaya dalam bentuk “saya berfikir maka saya menyerang”. Di tangan manusia seperti ini, pengetahuan menjadi senjata yang sangat melukai. Itu sebabnya pengikut Socrates mengembangkan dialog Socrates. Sebentuk pertukaran pengetahuan yang dilakukan dengan cara yang sangat santun, ia dimulai dengan niat saling berbagi cahaya, ia jauh dari sikap bermusuhan dan saling menyerang. Dialog Socrates dilakukan mengikuti hukum alam, telinga ada dua, mulut ada satu. Artinya, seseorang belajar mendengar dua kali lebih banyak dibandingkan berbicara. Dengan cara ini, pengetahuan tidak lagi membutakan.

Pengetahuan Yang Menerangi

Kembali ke cerita orang buta di awal cerita yang menyebut orang lain bohong soal cahaya, oleh Guru orang ini ditangani secara sangat baik dan halus. Dengan tenang Guru bergumam: “Hari ini bukan waktu baik untuk berdebat. Tapi saya punya seorang teman dekat sekaligus dokter spesialis mata. Tolong Anda pergi ke sana, sepulang dari sana baru ada waktu baik untuk berdialog”.

Beberapa waktu kemudian, setelah orang buta ini bisa melihat, ia lari mencium kaki Guru dengan penuh rasa hormat, kemudian sambil berbisik ia bergumam: “ternyata cahaya itu ada”. Di tangan seorang Guru bijaksana, pengetahuan jauh dari kegelapan yang penuh penghakiman, pengetahuan menjadi cahaya yang sangat menerangi. Dan pengetahuan yang menerangi dimulai dengan pertanyaan siapa diri ini. Dengan pengetahuan akan diri, kemudian seseorang bisa melangkah sesuai dengan panggilan alami masing-masing.

Keadaannya mirip dengan memasuki hutan tua kehidupan. Jika Anda seorang nelayan, cari danau tempat Anda memancing. Bila Anda seorang tukang kayu, cari pohon kering untuk dipotong. Tanpa pengetahuan akan diri, kebanyakan orang akan tersesat di hutan tua kehidupan. Itu sebabnya, sebelum berdialog dengan orang buta di atas, Guru mengirim orang buta tadi ke dokter mata.

Anda Adalah Cahaya
 
Dibimbing oleh pengetahuan akan diri, kemudian seseorang akan lebih mudah melangkah. Ia sesederhana supir yang menikmati sekali pekerjaannya menyetir mobil, tukang masak yang menyatu dengan kesehariannya yang memasak. Itu sebabnya, seorang Guru zen menjelaskan meditasi secara sederhana tapi sangat mendalam: “meditasi adalah makan tatkala lapar, minum saat haus”.
 
Sederhananya, apa pun kesehariannya ingat selalu untuk menyatu dengan kekinian. Dalam pesan yang sering diungkapkan di kelas-kelas meditasi: “terima, mengalir, senyum”. Dengan pengalaman kebersatuan seperti ini, Anda adalah cahaya. Serupa dengan cahaya listrik yang mensintesakan positif dan negatif, dalam pendekatan meditatif seperti ini semua bentuk pengalaman kekinian disintesakan. Dan tidak perlu terkejut kalau kemudian Anda bisa melihat cahaya, tidak perlu terkejut jika pengetahuan Anda demikian bercahaya.

Di jajaran Guru yang sudah berjumpa cahaya, membadankan cahaya, memancarkan cahaya, kerap terdengar pesan seperti ini: “bila orang biasa suka melihat cahaya, Guru bijaksana suka memancarkan cahaya”. Dan diantara demikian banyak cahaya yang dipancarkan, kebaikan adalah yang paling kerap dipancarkan. Dan setiap jiwa yang kerap memancarkan cahaya, suatu hari bisa mengerti ternyata kehidupan adalah sebuah tarian cahaya.
 
Sumber : http://gede-prama.blogspot.co.id/2014/05/TarianCahaya.html
resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut