Sunday, January 25, 2015

Perang Korea Dalam Pandangan Realisme

A. Latar Belakang Masalah.

Fenomena Pasca Perang Dunia Ke-2

Sebuah fenomena klasik terjadi pasca perang dunia kedua di pehujung perang dua kekuatan raksasa pemenang perang mulai memperebutkan kekuasaan di daerah negara-negara yang kalah perang. Blok timur yang berorientasi ke uni soviet dan blog barat yang di koordinir oleh amerika serikat mulai memperebutkan pengaruh di beberapa wilayah yang kalah perang akibat dari perebutan ini lahirlah negara-negara yang dipecah berdasarkan ideologi yang diantaranya Jerman barat dan Jerman timur, Vietnam utara dan Vietnam selatan dan yang terakhir adalah Korea selatan dan Korea utara, masing-masing negara tersebut pada dasarnya satu namun terpaksa pecah menjadi dua dikarenakan pengaruh ideologi yang berbeda dari dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat (liberal/kapitalis) dan Uni Soviet ( Komunis).

Seiring berjalannya waktu penyatuan kedua negara yang berbeda ideologi tersebut mulai menemukan titik terang walaupun harus melewati jalan pedang untuk mencapainya selain itu proses penyatuan ini juga dipengaruhi oleh runtuhnya salah satu kekuatan negara adidaya yaitu uni soviet. Otomatis pasca keruntuhan uni soviet kekutan negara adidaya hanya bermuara pada amerika dan sekutu, tentunya hal ini berdampak pada negara-negara yang pecah karena terkontaminasi dengan dua negara adidaya tersebut, diantaranya jerman barat dan jerman timur akhirnya bersatu kembali pada tahun 1990 setelah dihancurkannya tembok berlin, selain itu Vietnam Selatan dan Vietnam Utara akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu pasca invasi militer amerika yang gagal.

Namun hal yang sama tidak terjadi pada negara korea utara dan korea selatan, walaupun uni soviet telah runtuh tapi tidak sedikitpun mempengaruhi eskalasi perperangan di kedua negara, klaim semenanjung korea masih terjadi sampai saat ini dua negara tersebut merasa bahwa mereka paling berhak menguasai semenanjung korea.khusus bagi korea utara pasca runtuhnya sesepuh mereka yaitu uni soviet tidak membuat mereka goyah, bahkan mereka sangat agresif dalam mengajak perang bagi siapa saja yang berusaha mengganggu kedaulatan negaranya termasuk Amerika Serikat, dari pemberitaan terakhir pada 2013 lalu korea utara menyatakan perang terhadap korea selatan pemicu pernyataan tersebut masih sama yaitu terkait dengan sengketa semenanjung korea.(Tempo sabtu 30 maret 2013 dengan headline berita terkait Alasan Korea Utara Menyatakan Perang terhadap Korea Selatan dijelaskan lebih lanjut bahwa dasar utamanya adalah adanya provokasi soal rencana bersama oleh komandan Pasukan AS di Korea Selatan.)

Selain itu sesuatu yang paling fenomenal lainya adalah Korea Utara sampai detik ini merupakan satu-satunya negara Totaliter murni dan sangat tertutup (kecuali dengan China dan Kuba) yang mampu bertahan secara tegak dan gagah ditengah gelombang arus Demokratisasi versi Amerika Serikat. Hal ini sangat berbeda jauh dengan sang rival Korea Selatan lebih manja dimana ketergantungan pada Amerika Serikat sangat kental dimana Negara Korea Selatan hari ini tidak lebih seperti negara boneka bentukan Amerika Serikat.

B. Pengertian Paradigma Realisme 

Setiap orang di dunia ini tentunya memiliki suatu pegangan untuk menjadi standar terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya. Standar itulah yang nantinya digunakan oleh manusia untuk menilai fenomena yang ia temui, entah itu bernilai benar atau salah dimata kita, itu semua tergantung paradigma yang kita pakai. paradigma menjadi sangat penting dalam menilai sesuatu. Bisa saja orang lain menganggap suatu kasus itu benar, namun kita menganggapnya salah. Begitu pula jika terjadi konflik antar dua kubu. Kita memihak pihak yang satu, namun teman kita malah memihak kubu yang lain. Perbedaan persepsi terhadap fenomena yang sama Itu terjadi karena kita memiliki paradigma yang berbeda dalam melihat sesuatu. Jadi paradigma adalah cara kita memandang sesuatu yang nantinya akan menjadi dasar untuk menyeleksi problem-problem dan merupakan pola untuk memecahkan problem-problem yang ada. 

Dalam hubungan internasional terdapat banyak paradigma yang sangat berpengaruh terhadap perilaku yang ada dalam hubungan internasional. Salah satu yang menjadi grand paradigma dalam hubungan internasional adalah Realisme. Istilah yang menyatakan behwa yang kuatlah yang menang atau yang sering kita sebut hukum rimba memang menjadi dasar ajaran realisme. 

Realisme adalah salah satu perspektif atau sudut pandang dalam Hubungan Internasional yang cukup banyak mendominasi. Realisme yang menggambarkan bahwa satu-satunya actor dalam hubungan internasional yaitu Negara adalah memiliki sifat-sifat yang sama seperti manusia yaitu egois dan individualis dan pada akhirnya memandangan pesimisme terhadap perdamaian karena teori ini beranggapan bahwa hubungan internasional tidak lain adalah konflik. Konflik antarnegara adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan karena dalam sistem internasional tidak ada sistem hukum yang mengikat yang dapat mengatur perilaku Negara.

Aktor dalam perspektif realisme adalah negara, sebagai satuindividual yang tidak akan bekerjasama dengan aktor lain tanpa ada maksud tertentu (self-interested ) dan akan selalu berusaha untuk memperkuat dirinya sendiri, dan menganggap individu dan organisasi internasional adalah hal yang tidak penting dan tidak punya kekuatan. Untuk menciptakan dunia yang lebih baik, maka kita harus bekerja dengan kenyataan tersebut, bukan dengan mengabaikannya. 

Keamanan nasional menjadi sangat yang dijunjung tinggi dalam realisme, mengingat kenyataan bahwa Negara memiliki sifat yang sama seperti manusia yang selalu cemas akan keselamatan dirinya dalam hubungan persaingan dengan yang yang lain. Oleh karena itu, setiap Negara akan terus memperkuat militernya untuk mempertahankan kepentingan Negara dalam politik dunia, dimana Negara dengan Great Power berkutat dalam perjuangan diantara Negara-negara berkekuatan besar untuk dominasi dan keamanan. Sangat jelaslah hukum rimba dalam teori ini, jika suatu Negara tidak memiliki kekuatan militer yang kuat maka Negara tersebut mau tidak mau akan dihegemoni oleh Negara yang memiliki kekuatan yang besar.dalam hal ini, moralisme serta legalisme menjadi hal yang tidak berjalan dan kalah dari sentuhan realitas kepentingan dan kekuasaan. 

Perang Korea  Dalam Konsep Realisme 

Dalam konsep realisme dua pemikir utama yang sangat berpengaruh adalah Thucydides dan machiavelli, hal ini disebabkan kedua pemikir tersebut menggambarkan secara jelas bagaimana seharusnya negara bertindak baik itu dalam hubungan internasionalnya maupun urusan dalam negerinya. Seperti yang sudah penulis sebutkan diatas tadi bahwa dalam memahami hubungan internasional dalam perspektif realisme maka negara menjadi aktor utama yang sangat dominan.dalam studi kasus perang korea kekuatan militer kedua negara menjadi fokus kajian karena bagaimanapun dalam realisme klasik memandang bahwa semakin kuatnya militer sebuah negara maka semakin kuat dan hebat kedaulatan negara tersebut. Walaupun dalam teory Neorealisme memandang bahwa militer tidak menjadi indikator utama dan satu-satunya dalam mengukur kehebatan negara, namun disini penulis ingin menfokuskan analisa perang dua korea tersebut lebih kepada konsep realisme klasik dimana kekuatan militer negara menentukan kehebatannya. 

Pada Invasi pertama korea utara ke korea selatan diawal tahun 1950-an terlihat jelas bahwa keberanian korea utara bukan tampa dasar, kuatnya dukungan moril militer baik itu persenjatan maupun personil perang dari negara sesepuh uni soviet pada saat itu membuat korea utara terlihat lebih garang di awal, namun semua berubah ketika Amerika dan sekutu yang akhirnya keluar dari keraguannya mengambil kebijakan untuk membantu korea selatan dan yang terjadi kemudian hasil yang terlihat perang menemukan jalan buntu ketika kekuatan menjadi sama. 

Namun mungkin yang masih menyisakan pertanyaan bagaimana posisi korea utara masih sangat eksis sampai saat ini disaat negara-negara aliansinya yang sudah mulai runtuh ataupun ada yang sedikit demi sedikit mulai mengkonsumsi liberalisme ala Amerika, namun disini korea utara masih sangat teguh menjalankan konsep totaliterismenya, menurut penulis sendiri faktor neorealisme yaitu kekuatan dari sektor ekonomi dan sosial politik dari korea utara sendiri menjadi faktor penentu kenapa korea utara masih terlihat sangat garang sampai saat ini. Hal ini membuat Amerika serikat selaku negara penyokong korea selatan sulit untuk mempengaruhi internal korea utara dimana konsep ketergantungan ekonomi ala amerika susah untuk diterapkan untuk korea utara. 

Jika ditelisik melalui kekuatan militer walaupun kedua negara korea tersebut menpunyai kekuatan militer yang hampir sama, namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar yaitu terkait dengan ketergantungan, korea utara terlihat lebih menonjol dan berani mengambil kebijakan negara sendiri tampa harus berkonsultasi dengan negara lain, akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi korea selatan sampai detik ini segala kebijakan negara tersebut tetap harus melewati verifikasi negara penyokong yaitu amerika serikat apalagi dalam hal militer, mungkin ini menjadi faktor kenapa korea selatan lebih hati-hati dalam mengeluarkan pernyataannya terkait konfliknya dengan korea utara. Maka menurut penulis disini bahwa pada dasarnya walaupun kedua negara korea tersebut memiliki kekuatan militer yang hampir sama namun di segi eksistensi negara korea utara lebih unggul dimana korea utara mampu menimalisir kepentingan asing pada dirinya dan bisa membuat kebijakan sesuai dengan kepentingan negaranya, hal ini mungkin sedikit berbeda dengan korea selatan dimana ketergantungan nya terhadap amerika serikat membuat segala kebijakan negaranya harus melalui verifikasi negara lain, ini menggambarakan bahwa kadaulatan korea selatan masih dipertanyakan atau kondisi hari ini korea selatan hanyalah boneka buatan amerika untuk mencengah perluasan pengaruh komunisme dari korea utara.


Kesimpulan

Realisme adalah suatu paradigma yang ada dalam hubungan internasional yang menganggap bahwa Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional yang memiliki sifat-sifat seperti manusia yang egois dan individualis. Hubungan internasional adalah berbentuk konflik, pesimis terhadap perdamain.Menjunjung tinggi keamanan nasional, serta pengembangan kekuatan militer,Politik internasional berbentuk anarki, serta sistem internasional yang tidak memiliki sistem hukum yang mengikat perilaku Negara.

Perang Dua Korea

Perang korea utara dan korea selatan merupakan suatu perang yang perlu di perhatikan, di mana perang yang menempuh perjalanan panjang dari tahun 1950 hingga saat ini, selain itu juga terkait akan makna realisme di mana negara jelas menjadi aktor utama di dalamnya, hubungan internasional penyebab dari konflik di mana kita melihat hubungan antara korea Utara dan tiongkok, di sini tiongkok menyongkong korea Utaramemberi bantuan miternya untuk memperkuatnya sehingga permusuhan terus bisa berlangsung serta beberapa hal lainnya.

Korea khususnya, yang awalnya di bawah kekuasaan jepang, kini terpecah menjadi dua bagian Korea Selatan dan Korea Utara dampak dari perang dunia II, yang berdampak pada lahirnya perbatasan - perbatasan baru. 

Sehingga pada bagian selatan sendiri di duduki oleh Amerika serikat, begitu pula bagian utara yang di duduki oleh Uni Soviet antara tahun 1945 sampai dengan 1948. Republik terpisah muncul di kedua sisi garis paralel ke-38 pada tahun 1948, masing-masing mengklaim sebagai pemerintahan sah untuk seluruh Korea dan berujung pada pecahnya Perang Korea dan sempat meredup dan memanas kembali hingga saat ini.



0 comments:

Post a Comment

resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut